Kecelakaan Akibat Pecah Ban Masih Menjadi Momok Pengendara.
Rahardian Shandy / 2017
3
06-14-2017
Siapa pun yang berada di dalam perjalanan pasti tak ingin
mengalami tragedi kecelakaan. Namun, sayangnya, tingginya angka kecelakaan
setiap tahun seperti mengatakan hal lain. Keinginan untuk terhindar dari
kecelakaan seperti hanya ada dalam kepala tanpa adanya upaya pencegahan dari
manusia itu sendiri.
Seperti dikutip dari Otomania.com (25/01/17), sejak 2014
hingga 2016 angka kecelakaan justru semakin meningkat. Tercatat ada 95.906
kasus pada 2014, 98.970 kasus pada 2015, dan tercatat 105.374 kasus pada 2016.
Corporate Communication PT Jasa Marga Dwimawan Heru bahkan mengatakan bahwa angka kecelakaan di
jalan tol pada Triwulan I (Januari-Maret) 2017 telah mencapai angka 337. Dari
angka tersebut tercatat 67 di antaranya akibat pecah ban dan 200 lebih
disebabkan kondisi pengendara.
Kecelakaan akibat pecah ban masih menjadi momok bagi
pengendara. Pasalnya kondisi ban yang dianggap sepele justru mampu mendatangkan
petaka saat pecah. Padahal, tak sedikit korban yang meregang nyawa akibat
kecelakaan pecah ban. Untuk melengkapi data, berikut ini beberapa berita yang
telah dimuat terkait tragedi kecelakaan akibat pecah ban di awal tahun 2017.
Menukil dari Poskotanews.com pada
Minggu, (23/4) malam terjadi kecelakaan tunggal di Tol Cipali. Tiga penumpang
mobil Daihatsu Taruna B 8154 ZS dikabarkan tewas, sedangkan satu penumpang
lainnya luka berat. Kecelakaan terjadi akibat ban belakang mobil pecah.
Kemudian pada Minggu (30/4) Jawapos.com mewartakan telah terjadi kecelakaan tunggal akibat pecah ban yang melibatkan
mobil Avanza di Tol Cipali. Mobil dengan pelat nomor B 1047 GVK yang berisikan
7 orang tersebut mengalami pecah ban belakang bagian kiri. Tak ada korban jiwa
pada insiden tersebut.
Kecelakaan akibat pecah ban juga dialami oleh sebuah
kendaraan travel jenis elf di Tol Padaleunyi KM 128 jalur B. Seperti yang
diwartakan oleh Prfmnews.com, pada
pukul 11 siang (29/5) travel diduga mengalami pecah ban depan bagian kiri
sehingga satu penumpang di sebelah kiri depan terlempar keluar dan langsung
meninggal dunia di tempat.
Dari beberapa kasus di atas tentu dapat disimpulkan bahwa
kita harus benar-benar memerhatikan kondisi ban. Terutama saat akan perjalanan
jauh, ban harus dicek betul demi menghindari kecelakaan tunggal.
Beberapa hal mendasar yang bisa kita cermati demi menghindari
tragedi pecah ban adalah dengan melihat kondisi fisik ban terlebih dahulu. Kondisi
ban yang sudah tidak layak seperti terdapat retakan di beberapa bagian,
benjolan di bagian samping ban, banyaknya tambalan hingga kembang ban yang
sudah menipis. Selain itu liat juga masa expired
ban atau kadaluarsanya.
Dan, tentu saja, tekanan ban juga harus diperhatikan. Jangan
sampai ban kempis atau malah kelebihan tekanan. Dan pastikan untuk mengganti
angin ban dengan nitrogen. Hal ini
perlu dilakukan sebab nitrogen sendiri merupakan gas yang tidak mudah bereaksi
pada zat lainnya. Inilah yang membuat nitrogen memiliki tekanan tetap stabil
kendati ban melaju kencang di atas aspal dalam kondisi siang hari.
Selain itu pastikan untuk mengisi nitrogen hanya di Green Nitrogen. Sebab Green Nitrogen
telah menggunakan mesin Nitrogen Generator yang dapat mem-vakumĀ ban sehingga ban benar-benar kosong dari udara, sebelum
kemudian ban diisi oleh nitrogen. Dengan begitu maka kemurnian nitrogen akan
tetap terjaga sampai di dalam ban. Hasil serupa tidak akan didapat bila ban hanya dikempesi secara manual untuk
mengeluarkan angin di dalamnya. Tentu akan masih ada unsur uap maupun gas lain
yang tertinggal sehingga dapat mengganggu kemurnian nitrogen saat dimasukkan ke
ban.
Jadi, perhatikanlah kondisi ban dengan baik agar perjalanan Anda tetap aman dan nyaman. Terutama bila ingin berpergian jarak jauh seperti mudik. Jagalah selalu keselamatan keluarga Anda. Karena bila bukan Anda, lalu siapa lagi yang bisa menjaganya?
Ingin mendapatkan selalu informasi terbaru dari kami ?
Gabung menjadi Sahabat Nitrogen, dan dapatkan informasi seputar Promo dan Merchandise